Tiga Kendala Utama Dalam Mendorong Pelaku UMKM Go Digital

Pendahuluan

UMKM go digital sangat santer digaungkan, baik oleh Pemerintah Pusat sampai ke tingkat Pemerintah Dearah. Selama pandemi Covid 19 aparatur pemerintah di tingkat bawah yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat, seperti Kecamatan dan Kelurahan, berupaya terus mendorong para pelaku UMKM di wilayahnya untuk masuk ke era digital. Dala arti mendorong usaha-usaha kecil untuk memperluas jangkauan pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan teknologi internet.

Selama diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat, tidak sedikit usaha-usaha yang mengalami kebangkrutan, yang nyaris bangkrut dan yang stagnan. Namun ada juga yang mengalami peningkatan keuntungan terutama usaha-usaha yang mensuport kesehatan seperti home industri pembuatan masker, minuman herbal, dan usaha-usaha kuliner yang bisa dipesan secara daring (dalam jaringan).

Mengalami Kondisi Shock

Banyak UMKM mengalami shock akibat dari pandemi covid 19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sebagai konsekuensi logis untuk mencegah meluasnya wabah virus. Pelaku UMKM tidak bisa lagi menjalankan usaha seperti biasanya (business as usual) dan para pelanggan mulai mencari pemenuhan kebutuhannya secara daring. Interaksi antar masyarakat secara fisik jauh berkurang dan kerumunan seperti yang biasa terjadi di pasar-pasar tradisional maupun modern juga ditiadakan atau diberlakukan pembatasan ketat.

Berbagai pihak, baik pemerintah maupun inisiatif individu, melakukan pendampingan kepada usaha-usaha kecil supaya bisa bertahan usahanya meski dalam kondisi iklim ekonomi yang kurang begitu kondusif. Mencegah meluasnya kebangkrutan usaha kecil dan meningkatnya angka pengangguran juga mendapat perhatian khusus selain fokus masalah utama berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat.

Salah satunya yaitu dengan mendorong para pelaku usaha kecil untuk berjualan secara online, berpromosi melalui media internet.

Bagi pelaku UMKM dari kalangan milenial, bersentuhan dengan dunia maya sudah menjadi kebutuhan dan hal biasa. Namun tidak demikian bagi pelaku usaha kecil yang masih gaptek (gagap teknologi), tidak semudah membalik telapak tangan untuk mengajak memperluas kegiatan berjualan secara offline dan ditambah dengan penjualannya secara online. Banyak kendala dan permasalahan yang harus dihadapi. Tentusaja artikel ini tidak akan memaparkan semuanya, namun kami rangkum dalam tiga hal pokok yang menjadi kendala UMKM dalam memasuki era digital, berdasarkan pengalaman di lapangan.

Tiga masalah yang kami rangkum adalah sebagai berikut:

  • Persoalan Pola Pikir (mindset)

  1. Menginginkan hasil yang instan. Banyaknya cerita berseliweran tentang mudahnya bisnis online, sukses usahanya dari berjualan di internet, sedikit banyak mempengaruhi pemikiran para pelaku usaha kecil. Ikut jualan online sebentar langsung panen cuan. Begitu yang terjadi tidak seperti yang diceritakan banyak orang, langsung berhenti dan enggan untuk mencoba berjualan secara online lagi.
  2. Jualan offline saja laris. Tidak sedikit pelaku usaha kecil yang merasa sudah cukup laris jualan secara offline, jualan seperti biasa-biasa saja sudah laku dan tidak memerlukan promosi secara online. Bahkan ada rasa khawatir jika ditambah jualan atau promosi secara oline akan kuwalahan dalam melayani pesanan pelanggan. Jualan online dipandang ribet dan bisa mengganggu aktifitas jualan offlinenya. Tipe pelaku usaha kecil jenis ini agak sulit didorong untuk mencoba berjualan secara online untuk meningkatkan volume usahanya. Butuh kesabaran ekstra, apalagi kalau menganngap bahwa berjualan onlne itu malah bikin pusing, karena harus tahu internet.

  • Kendala Peralatan Gadget (baca: gĂ©jet)

Bagi pengusaha mikro dan kecil golongan milenial, sudah banyak memakai gawai dengan teknologi terbaru. Meskipun kebanyakan penggunaannya belum optimal, masih sebatas penggunaan fungsi dasar seperti sms, telepon, whatsapp dan update status medsos. Sebagian yang lain masih bertahan dengan gadget jadul dan low-end (spesifikasi dasar). Sistem android juga sudah lama (seri android oreo kebawah), padahal aplikasi-aplikasi android selalu melakukan pembaruan.

Anggapan jika kita mau jualan online harus memiliki laptop atau PC (personal computer). Anggapan ini tidak sepenuhnya salah karena memang mempergunakan laptop/PC membuat jualan online lebih mudah dalam hal tertentu, seperti mendesain tampilan toko di internet dan sebagainya.


Baca juga: Google Bisnisku, Cara Mudah untuk Jualan Online Bagi UMKM

Namun sesungguhnya memakai smartphone saja sudah bisa untuk memulai jualan online. Baik di medsos, whatsapp dan marketplase. Bahkan pakai handphone pun kita sudah bisa membuat sebuah blog gratisan untuk jualan atau mempromosikan usahanya. Namun karena jarang orang yang ngajarin para pelaku usaha kecil untuk memaksimalkan penggunaan gadgetnya, sehingga tak jarang hanya pemborosan pulsa dan membebani pengeluaran para pengusaha kecil.

Handphone jadul resolusi kameranya juga masih rendah sehingga ketika dipakai mengambil gambar produk dan di upload di internet hasilnya juga kurang maksimal meskipun sebenarnya produknya bagus dan berkualitas.

  • Persoalan Mentalitas

Sudah menjadi rahasia umum jika bangsa ini menghadapi persoalan rasa kurang percaya diri. Terlebih dalam beberapa tahun belakangan ini, mental rakyat semakin jatuh melihat segelintir para pemimpin, aparat, orang-orang politik dan para akedemisi dengan gelar seabrek, tapi menunjukkan mental jongos secara vulgar. Lain di pikiran, lain di mulut dan lain di kelakuan. Tentu tidak semuanya seperti itu, namun sudah cukup memberikan teladan yang buruk bagi bangsanya sendiri. Disadari atau tidak telah membuat masyarakat menjadi jatuh mental, takut bersaing, inferior, merasa produknya kurang bagus dibanding produk import. Cukup sulit untuk mengajak para pengusaha kecil agar berani bersaing di dunia maya, menunjukkan eksistensi produknya di internet. Tidak sekedar berpromosi secara 'sembunyi-sembunyi' di WAG saja.

Kesimpulan

Tidak ada pesoalan yang tidak bisa diatasi untuk membangun dan memajukan UMKM. Tapi sebagai suka relawan yang bekerja atas inisiatif pribadi, tanpa dibayar, dan tidak terikat dengan pihak manapun, dan sejak 2016 berusaha keras memajukan UMKM di lingkungan sekitar untuk bisa memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai salah satu upaya memajukan usaha kecilnya. Sebagai orang lapangan terkadang saya merasakan program-program yang agak kurang nyambung dengan kebutuhan UMKM. Padahal mayoritas penduduk negri ini bekerja di sektor informal sebagai lahan penghidupannya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add a comment
comment url