Boneka Arwah dan Fenomena Muslihat Selebritis

Pendahuluan

Jika yang lain menyusun judul mungkin dimulai dari 'Fenomena Boneka Arwah', saya mengambil sisi lain yaitu fenomena intrik (muslihat/taktik/daya upaya-KBBI) media dan selebritis. Beberapa jenis tontonan yang menurut pendapat saya pribadi, jika tidak dikemas secara bijak dan hati-hati, bisa mengarah ke pembodohan massal melalui media massa yang bisa meresahkan. Dan pembodohan ini pun selalu mendapat tempat di kalangan tertentu yang belum siap menjadi bagian masyarakat cerdas.

Photo by wu yi on Unsplash

Mengutip kajian yang pernah disampaikan oleh Gus Baha, bahwa maksiat terbesar adalah kebodohan. Dari maksiat kebodohan inilah timbul maksiat-maksiat yang lain seperti zina, riba dan lain-lain.. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat undang-undang dasar harus kita junjung tinggi, menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Darimana Tren Boneka Arwah Muncul?

Dari penelusuran berbagai sumber munculnya tren boneka arwah  bermula dari seorang penyiar radio asal Thailand bernama Mae Ning yang memperkenalkan boneka kesayangannya yang diberi nama Child Angel. Dalam pengakuannya bahwa boneka tersebut telah membawa banyak keberuntungan baginya. Dari cerita semacam itu, mulailah artis-artis Thailand lainnya mengikuti jejak Mae Ning dengan mengadopsi boneka-boneka arwah. Tren inipun dengan cepat menyebar ke berbagai negara lainnya termasuk Indonesia. Terlebih lagi ada kemiripan Indonesia dengan negeri gajah putih tersebut yaitu gemar dengan hal-hal berbau mistis, supranatural alias klenik.

Apa Beda Boneka Arwah dengan Boneka Biasa?

Secara fisik tidak ada bedanya. Boneka yang diklaim sebagai boneka arwah biasanya berbentuk bayi atau anak kecil (Batita=bawah tiga tahun). Yang laris dipasaran memiliki bentuk mirip bayi dengan ekspresi polos, bukan seperti boneka-boneka menyeramkan yang tampil di film-film horor. Harga boneka akan semakin mahal kalau sudah ada klaim jika boneka tesebut telah 'diisi' arwah yang konon bisa mengerti apa yang kita rasakan. Semacam ada 'koneksi' antara si boneka dengan yang mengadopsinya. Dan istilah 'mengadopsi' ini juga trik menggantikan istilah 'membeli' boneka, supaya ada sugesti nuansa mistisnya dan istilah adopsi anak dalam pengertian umum. Sebagaimana istilah 'mahar' menggantikan istilah 'membeli' untuk benda-benda yang dianggap bertuah. Masalahnya apakah Anda mampu membedakan bahwa boneka tersebut benar-benar diisi arwah dan bukan jin? Sedangkan arwah disini jika dalam pengertiannya adalah ruh manusia (ruh bayi?) adalah perkara ghoib dan hanya Allah yang tahu. Manusia hanya tahu serba sedikit tentang perkara-perkara ghoib, itupun hanya manusia-manusia pilihan, selebihnya hanyalah omongan tukang ngibul.

Boneka Arwah Asli Indonesia

Permainan boneka arwah sudah ada sejak dulu di masyarakat Indonesia dari sudut perspektif budaya, seperti permainan Nini Thowok, Jailangkung, Sigale-gale dan lain sebagainya. Sewaktu kecil, penulispun suka memainkan permainan boneka jailangkung bersama teman-teman lainnya di kampung. Tidak ada yang istimewa dengan permainan itu selain bahaya terjerembab ke hal-hal musyrik, jadi lebih besar mudharatnya.

Beranikah Anda bereksperimen memanfaatkan tren boneka arwah yang banyak di jual di medsos dan marketplace, dengan menjual boneka jailangkung? Kira-kira adakah yang mau beli boneka jailangkung yang terbuat dari limbah bathok kelapa, keranjang bambu yang telah rusak dan dibungkus dengan pakaian bekas? Yups...tidak ada yang mau beli untuk benda yang tidak memiliki nilai ekonomi apapun. Beda dengan boneka arwah pabrikan yang laris manis di pasar online dimana produsen dan importir panen cuan. It's just a business.

Memanfaatkan Setiap Moment untuk Menjaga Popularitas

Sudah menjadi adat kebiasaan beberapa seleb kita menangkap tren ini-itu dan ikut di dalamnya demi menjaga popularitas. Popularitas memiliki arti segalanya, mendatangkan banyak sponsor dan cuan akan mengalir. Fenomena 'nyampah' yang sudah menjadi rahasia umum, justru banyak disajikan oleh media mainstream, medapatkan sumber berita murah dan tetap menjaga rating. Rating yang bagus maka sponsor akan terus mengalir dan ini artinya....cuan!! It's jus a business.....masa bodoh dengan tanggung jawab amanat undang-undang dasar tentang mencerdaskan kehidupan bangsa??

Selebritis yang minim bakat (bahkan tidak jelas bakat seninya), minim prestasi dibidang karya seni dan budaya, akan terus memanfaatkan tren apapun demi menjaga popularitasnya di kalangan kaum bahlul. Ini sah-sah saja, tidak ada peraturan hukum yang dilanggar. Apalagi jika tingkah-polah selebriti yang memanfaatkan tren semacam maraknya 'adopsi' boneka arwah ini juga memicu reaksi tokoh-tokoh agama dan lembaga-lembaga keagamaan. Popularitasnya makin naik, kokoh, pemberitaan pun juga akan terus-menerus, mengulas dari bebagai sisi. Cuan...cuan dan cuan! Dan tidak sedikit 'calon selibriti' yang ikut tren untuk menambah follower akun media sosialnya, panen 'like' dan 'comments' sambil berharap panen indorse juga. Sekali lagi ini sah dan tidak ada aturan yang dilanggar.

Jika fenomena 'nyampah' di media dianggap sebuah hak asasi, maka hak asasi masyarakat juga harus dilindungi untuk mendapatkan tontonan yang bisa menjadi tuntunan!. Jika informasi dan tontonan penuh mudharat dianggap kebebasan berekspresi, hak yang sama harus diberikan kepada masyarakat untuk mendapatkan info dan tontonan bermaslahat.

Entah kapan lagi kita bisa melihat para pekerja seni bangsa ini bisa menunjukkan prestasi di kancah internasional seperti dulu lagi? Masyarakat (yang berkualitas) sudah sangat rindu tontonan berkualitas yang lahir dari akting sekelas Christine Hakim, Piet Pagauw, Didi Pethet, Widyawati, Sophan Sophian dan lain-lain. Atau artis berkualitas yang lebih muda seperti Nicholas Saputra, Dian Sastro, Rezza Rahardian, dan lain-lain. Karya-karya berbobot yang lahir dari tangan-tangan dingin semacam Teguh Karya, Wim Umboh, Arifin C Noer, Garin Nugroho dan lain-lainnya.

Penutup

Setelah tren boneka arwah ini nanti sudah tidak laku lagi, kita tidak tahu akan ada tren apalagi yang datang dari luar dan akan masuk ke negri kita. Kita hanya bisa sedikit memprediksi bahwa yang akan memanfaatkan tren...ya...kalangan seleb itu lagi..itu lagi. Dan yang terus-menerus memberitakannya...ya channel media semacam itu lagi...itu lagi, spesialis 'nyampah'.

Next Post Previous Post
No Comment
Add a comment
comment url