Kamar itu sunyi. Bukan karena nggak ada suara, tapi karena semuanya sedang tenggelam dalam pikiran masing-masing. Playlist mellow mengalun pelan.

“Pernah nggak sih,” bisik Luna, “ngerasa hidup tuh jalan, tapi kita nggak tahu arahnya ke mana?”

Rani menatap langit-langit. “Kayak semua orang udah punya peta. Sedangkan aku? Cuma jalan sambil berharap nggak nyasar.”

Nadine membuka buku jurnalnya, lalu berkata, “Mungkin... justru saat kosong itulah, kita diberi ruang untuk benar-benar memilih.”