JavaHarmony.com-Perkembangan teknologi yang semakin maju juga membawa pengaruh pada perubahan mainan anak-anak. Ada mainan yang masih dimainkan secara fisik seperti misalnya mobil-mobilan dengan remote kontrol. Maupun berbagai mainan yang tak lagi sepenuhnya berbentuk fisik seperti software game (walaupun tetap masih menggunakan berbagai peralatan elektronik tentunya).
Bagaimana dengan mainan tradisional yang kerap dimainkan anak-anak era tahun 80-an dan tahun-tahun sebelumnya?. Tentu saja tidak kalah mengasyikan meskipun tahun-tahun segitu sudah ada permainan modern semacam game watch. Salah satu mainan yang jadi favorit saya dulu adalah kapal othok-othok.
Mainan tradisional berbahan lembaran seng berbentuk kapal-kapalan ini biasanya hanya bisa dibeli setahun sekali yaitu pada waktu diselenggarakan pasar malan dan perayaan Sekaten di Alun-alun Utara Kota Jogjakarta. Mainan ini biasa disebut kapal othok-othok, sesuai bunyi yang dihasilkan pada waktu dimainkan. Menggunakan prinsip dasar mirip kapal uap sebagai tenaga pendorong laju kapal.
Cara memainkan kapal othok-othok cukup mudah:
- Siapkan ember atau baskom yang diisi air tetapi jangan sampai penuh, karena kapal akan berputar mengikuti lingkaran pinggir baskom/ember.
- Masukan beberapa tetes air ke dalam tangki air melalui kedua lubang pipa di bagian belakang kapal. Memasukkannya menggunakan corong kecil berbahan seng atau aluminium yang sudah termasuk dalam paket pembelian.
- Beri minyak goreng pada bagian lampu/pemanas kapal (juga sudah termasuk dalam paket pembelian) sampai kapasnya terendam minyak goreng semua.
- Nyalakan lampu/pemanas/sentir tadi pakai api dan taruh di bawah bagian tangki air.
- Tunggu sebentar, setelah air dalam tangki panas dan mendidih, uap air akan keluar melalui kedua pipa yang berada di bagian belakang kapal (menyambung dengan bagian tangki air). Uap air ini yang menjadi tenaga pendorong kapal sehingga bisa melaju.
Lalu darimana sumber suara 'tok...otok..otok...otok' tersebut?
Suara berisik otok-otok dihasilkan dari gerakan tangki air yang menjadi cembung karena tekanan uap kemudian uap air keluar melalui pipa dan terjadilah cekungan pada tangki air. Karena bahan tangki air terbuat dari seng/ aluminium yang tipis, gerakan cembung-cekung secara bergantian tersebut menghasilkan bunyi tok...otok...otok...otok.
Gerakan cembung-cekung pada tangki air dimana tekanan uap air keluar melalui pipa, dan setelah tekanan uap air keluar, pipa tersebut sesaat juga menyedot air. Air yang tersedot dan mengalir dari pipa ke tangki air kemudian mengalami pemanasan lagi dan terjadi uap air lagi yang berubah menjadi tekanan dan uap air yang keluar dari pipa menghasilkan daya dorong untuk perahu. Siklus berulang-ulang, keluarnya uap air melalui pipa, kemudian sesaat ada air yang tersedot masuk kembali ke tangki juga melalui pipa yang sama, mejadikan air dalam tangki tidak habis-habis. Siklus baru berhenti jika pembakaran di tangki air berhenti. Entah apinya padam karena bahan bakar minyak gorengnya yang habis atau karena kapasnya sudah habis terbakar.
Bagi Anda yang dulu masa kecilnya ketika malam minggu diajak orang tua untuk melihat Sekaten di Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta, biasanya hari Minggunya sudah bangun pagi-pagi karena sudah tidak sabar ingin bermain kapal otok-otok 😆
Posting Komentar